29 Juli 2011

Menunggu Loket Kawah Dibuka



Gerbang Ujung Jawa Timur (2-Selesai)

Sampai pal 10 napas sudah tersengal-sengal. Hingga pal 14 rasanya ingin berhenti dan menyerah. Hilang sudah foto dan tayangan Kawah Ijen yang memesona. Jantung tidak bisa diajak bersahabat, kaki juga gemetaran.

Ditambah satu kaki berupa tongkat, lima perempuan berumur berjalan pelan. Sesekali di tikungan menanjak berhenti. Mengambil napas untuk kemudian berjalan lagi. Sebenarnya ada delapan orang yang berangkat, tetapi tiga orang sudah menyerah sebelum di pal 10.
Delapan perempuan yang semuanya berusia 62 tahun itu adalah geng SMA Cor Jesu Malang. Mereka teman sekelas bahkan ada yang berteman sejak TK. Setiap tahun para oma itu bertemu untuk reuni. Biasanya reuni di luar kota dengan menikmati tempat wisata, seperti Kawah Ijen. Minggu (1/5/2011) mereka sepakat ‘menaklukkan’ Kawah Ijen.

Kencana, dosen S3 Pascasarjana Unesa, dengan bersandal dan membawa tas plastik berisi perbekalan, dengan ringan berseru ‘mogooook’ setiap kali berhenti sejenak. Kelompok para ibu sepuh itu membuat pengunjung Kawah Ijen heran. Mereka tak henti-hentinya menjawab berumur 62 dan diikuti decak kagum para penanya.

“Harus kuat meski pelan-pelan. Harus sampai kawah,” kata Kencana memberi semangat pada dirinya sendiri setiap melewati satu pal. Setiap pal menunjukkan 100 meter yang sudah dilewati.

Tidak ada yang berubah dari Gunung Kawah Ijen yang biasa disebut Kawah Ijen. Pal Tuding, pos awal pendakian tetap ala kadarnya dengan beberapa tempat menginap yang sederhana. Dari Pal Tuding ke Pondok Penambangan Belerang dengan langkah normal dapat ditempuh 1,5 jam. Ditambah setengah jam lagi, pesona Kawah Ijen terbentang di depan mata. Jika beruntung, kaldera kehijauan akan tampak jelas. Akan tetapi, jika kurang beruntung ‘loket’ untuk melihat kaldera itu akan tutup sementara karena kabut bisa datang kapan saja.

Banyuwangi memang beruntung memiliki semuanya. Ada Kawah Ijen yang menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan lokal dan mancanegara, Hutan Baluran dan Alas Purwo tempat banteng dan aneka satwa hidup bebas. Banyuwangi juga memiliki pegunungan dengan perkebunan karet, kopi, dan cengkeh ditambah dengan pantai-pantai indah dan nyaman hingga dipercaya penyu-penyu untuk menyembunyikan telur-telur mereka di Sukamade dan Ngagelan.

Pelancong dari Prancis paling banyak datang ke Kawah Ijen. Mereka menikmati kelelahan, kaki pegal, dan keringat bercucuran untuk sampai ke kaldera. Kawah Ijen adalah kaldera terbesar di Indonesia dan sampai sekarang belerangnya ditambang secara tradisional. Kawah ini memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Suhu kawah mencapai 200 derajat Celcius. Padahal suhu di Pal Tuding dan rute pendakian bisa mencapai 10 derajat Celcius.

Dua jalur bisa dilewati menuju Kawah Ijen yaitu dari Banyuwangi dan Bondowoso. Jalur Bondowoso cukup mulus. Jalur dari Banyuwangi cantik karena melewati hutan dan perkebunan kopi meski kondisi jalan membuat waspada.

“Jalur ke Kawah Ijen sudah masuk rencana untuk diperbaiki meski wisatawan asing lebih suka jika jalur itu tetap alami dengan batuan,” kata Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi saat bertemu peserta Fam Trip, Minggu (1/5/2011). Jadi, kepentingan siapa yang akan dilayani, wisatawan asing atau penduduk lokal? “Jalan tetap akan diperbaiki agar akses menuju Kawah Ijen lancar. Tahun ini sudah masuk rencana,” tambah Azwar.

Karena menyuguhkan pesona alami juga Ijen Resort and Villas membiarkan lingkungan apa adanya. Jalur masuk berupa jalan makadam. Bonusnya, sawah bertingkat berpagar pohon kelapa seperti kalender lawas. Resort itu banyak diminati pelancong asing karena mereka bisa mencelupkan kaki ke lumpur sawah dan menyentuh kerbau yang membajak tanah.

Jika sudah begini, mengapa harus pergi ke luar negeri? Jelajahi dulu suguhan alam yang indah sebelum memutuskan ke luar negeri.

Tulisan ini dimuat di Harian Surya, 4 Mei 2011

Tarif Dolar Membuat Keder




Gerbang Ujung Jawa Timur (1)

Bahkan hingga nyempil ke sudutnya, Banyuwangi seperti magnet. Pantai Plengkung membuktikan itu. Setiap tahun 400-600 wisatawan asing berselancar di pantai yang bisa disebut G-land itu. Sayangnya, jalur yang dilewati bukan melalui Banyuwangi melainkan dari Kuta, Bali, melalui jalur laut.

Jalur darat sebenarnya bisa dilewati dari Taman Nasional Alas Purwo. Hutan seluas 62.000 hektare dengan 40 persen hutan bambu menjadi jalur yang eksotis sekaligus menantang. “Jika potensi itu bisa dikembangkan, Banyuwangi akan menjadi pusat wisata yang luar biasa,” ungkap Suprayogi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.

Perjalanan dari gerbang Alas Purwo hingga Plengkung sekitar 15 km yang ditempuh 4-5 jam. Tantangan pertama adalah kondisi jalan yang membuat seisi mobil tidak akan pernah duduk tenang. Jalan yang dilewati memang seperti lahan off road. Apalagi setelah Pos Pancur, gerbang menuju Plengkung. Meski tinggal tujuh kilometer, waktu yang dibutuhkan paling cepat satu jam. Di Pos Pancur ini sebaiknya kendaraan pengunjung diparkir dan menyewa kendaraan pengelola kawasan itu. Tarifnya Rp 150.000. Kondisi jalan memang sanggup membuat onderdil mobil rompal.

Jalur yang sulit ditempuh dari darat itu membuat wisatawan memilih jalur Kuta yang hanya dua jam. Akibatnya, Banyuwangi tidak mendapat cipratan rezeki, padahal wilayah itu sangat potensial dikembangkan. Jalur yang dibuat beberapa tahun lalu tidak lagi memadai. Hanya kendaraan bergardan ganda (double gardan) atau four-wheel drive (4wd) yang sanggup menaklukkan jalan di Alas Purwo.

Tuti Harjuni, pengelola Joyo’s Camp, salah satu resort di Plengkung, mengatakan bahwa jalur darat yang sulit ditempuh membuat wisatawan lokal enggan datang. “Satu-satunya jalur lewat Kuta. Itu berarti mereka harus dari Bali. Padahal, potensi wisatawan lokal juga besar,” kata Tuti di resort-nya yang dibangun dengan material kayu dan anyaman bambu ini, Minggu (1/5/2011).

Maklum, wisatawan lokal biasanya menginginkan jalur mulus dan mudah ditempuh dengan kendaraan pribadi. Saat ini sedang direncanakan membuat rel kereta wisata dari Pos Pancur ke Pantai Plengkung. Pengunjung memarkir kendaraan di Pos Pancur dan diangkut dengan kereta wisata. Fasilitas transportasi yang memadai menjadi senjata andalan untuk merayu wisatawan asing dan lokal.

“Jika rel itu segera diwujudkan, wisata di Plengkung akan makin ramai sepanjang tahun,” kata Tuti. Wisatawan asing yang mencari tujuh gulungan ombak setinggi enam meter untuk berselancar hanya datang sekitar Mei—November. Setelah itu sepi. Mereka hanya menunggu ombak besar. Jika dalam paket menginap di Joyo’s Camp yang biasanya sepekan ternyata cuaca tidak mendukung dan tidak ada ombak besar, pengelola mengembalikan setengah paket. Setengah paket itu berupa voucher yang bisa digunakan ketika mereka datang lagi.

Tidak heran, para peselancar itu sangat akrab dengan pengelola Joyo’s Camp. Mereka bangga dipanggil dengan sebutan ‘mas’ atau ‘mbak’. Percakapan pun bercampur dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. “Di sini mereka diterima sebagai keluarga. Kami memanjakan dengan urusan makan karena mereka butuh energi banyak untuk berselancar,” kata Tuti.

Yang membuat wisatawan lokal keder selain jalur adalah tarif. Tarif diberlakukan dalam dolar AS. Empat resort di Plengkung yang rata-rata menetapkan tarif sekitar 200 dolar AS dan dijual dalam paket sepekan dan tiga hari. Itu sudah termasuk jemput-antar ke Kuta.

“Jika potensi itu bisa dikembangkan, Banyuwangi akan menjadi pusat wisata yang luar biasa,” ungkap Suprayogi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.
Tentu saja itu membuat wisatawan lokal berpikir keras meski sebenarnya ada tempat menginap di Triangulasi, di Alas Purwo, dengan tarif rupiah. Di sana, pantainya sama-sama indah. Apalagi pengunjung bisa berjalan kaki ke Sadengan melihat kawanan banteng merumput dan ke Ngagelan melihat tukik penyu dilepaskan.

Bukan hanya selancar di pantai, di Alas Purwo ini juga ada selancar hati. Ada banyak tempat untuk bertapa, ada pura, ada petilasan yang dianggap wingit. Yang pasti, di Alas Purwo ini ada peraturan yang harus ditaati: jangan tinggalkan apa pun kecuali telapak kaki dan jangan mengambil apapun kecuali foto. end

Catatan
Saya bersemangat mengikuti perjalanan ini. Beberapa tahun yang lalu Bapak (alm.) ikut membuka jalur Alas Purwo hingga Plengkung. Ketika membuka jalur, demonstrasi dari kelompok pecinta alam marak. Bapak menghadapi mereka. Salah satunya ternyata teman ketika menggarap proyek jalan raya di Denpasar.

Dua minggu sekali Bapak datang ke rumah, di Sidoarjo. Suatu kali Bapak datang dengan membawa kayu sepanjang sekitar 1,5 meter. Menurut ceritanya, kayu itu didapat dari orang yang usai bertapa di Alas Purwo. Waktu itu Bapak mendapat kiriman makan siang. Melihat orang itu kelaparan, nasi jatahnya diberikan. Pertapa itu kemudian memberi batang kayu itu. Hm… sampai sekarang sepertinya kayu itu masih ada di rumah.

Hik… jadi kepingin nangis karena ingat Bapak.

Yang menarik, ketika saya bercakap-cakap dengan pejabat hutan, ia dengan keras menyatakan bahwa proyek itu belum usai. “Seharusnya ada 28 jembatan yang dibangun, tetapi hanya 27 yang direalisasikan,” katanya getas. Saya mengangguk-angguk. Tentang jembatan itu Bapak dulu bercerita bahwa ada orang berpengaruh yang menginginkan jalur ke Plengkung tidak melewati jembatan itu melainkan menyisir pantai supaya ada kawasan cottage yang dilewati. Yang ini memang harus konfirmasi lagi. Akan tetapi, bagaimana caranya konfirmasi pada Bapak yang sekarang sudah tenang di alam sana.


Tulisan ini dimuat di Harian Surya, 3 Mei 2011

Bonus, Sebaiknya untuk Apa?

Betapa mujurnya PNS yang mendapat gaji ke-13. Hm… berani bertaruh hari-hari ini pasti sudah mempunyai keinginan yang akan diwujudkan jika gaji ke-13 itu cair. Bagi perencana keuangan, gaji ke-13 atau bonus adalah penghasilan di luar gaji atau penghasilan tetap yang penggunaannya harus dipikir dengan bijaksana.

Bukan bermaksud pelit jika yang disodorkan pertama oleh perencana keuangan adalah pelunasan utang dan kewajiban. Itu termasuk angsuran panci yang diambil ketika arisan PKK, tas branded yang dua bulan lalu dibawa pulang, angsuran untuk pelunasan utang kartu kredit, atau angsuran barang-barang lain yang telanjur dibeli.

Jika prioritas itu sudah dipenuhi, hitung lagi penghasilan kagetan itu. Jika memungkinkan, simpan untuk tabungan berencana yang tidak dapat diambil sewaktu-waktu. Jika tidak tertarik untuk menabung, uang bonus bisa diinvestasikan dalam investasi emas, membuka bisnis kecil-kecilan, atau investasi di saham atau reksadana.

Masih tidak ingin berinvestasi dengan cara itu, masukkan saja ke dalam pos dana cadangan. Dana cadangan ini wajib dimiliki agar ketika terjadi apa-apa, misalnya tiba-tiba berhenti bekerja, masih ada dana cadangan untuk hidup layak selama 3-6 bulan ke depan. Percayalah, dengan memiliki dana cadangan, hidup terasa lebih nyaman.

Menambah ilmu adalah salah satu cara efektif untuk menggunakan uang kaget. Menambah ilmu itu bisa dengan bersekolah lagi, mengikuti berbagai kursus singkat, mengikuti workshop yang dapat meningkatkan ‘daya jual’ di tempat kerja, dan sebagainya. Dengan tambahan ilmu berarti menabung untuk profesi di masa depan.

Jika demikian, kapan bersenang-senang? Masih bolehkah sedikit berfoya-foya dengan uang kaget itu? Boleh asal tetap ada perhitungan. Pikirkan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Batasi pengeluaran untuk bersenang-senang ini. Bonus ini hadiah dari kerja keras yang boleh dinikmati.

Punya banyak uang, jangan lupa beramal. Memberi lebih baik daripada menerima. Richard Carlson dalam bukunya Don’t Worry, Make Money, menimbun uang demi kepentingan pribadi, berarti Anda telah menghentikan sirkulasi tersebut. Anda mulai memasang pipa buntu yang menyulitkan aliran uang ke arah Anda. Carlson yakin, apapun yang Anda berikan, pasti bakal kembali, lengkap dengan bunganya.

30 Maret 2011

Ngonthel Pertama di ISIS




Aktivitas ngonthel menjadi gaya hidup yang banyak dilirik. Salah satu komunitas yang biasanya menjadi jujugan bagi pemilik sepeda baru atau mereka yang baru ingin bergabung dengan klub ngonthel adalah ISIS (Ingin Sehat Ingat Sepeda).

Melihat nama panjang ISIS sudah barang tentu tujuan utamanya memang ngonthel untuk sehat. Klub yang satu ini cukup unik. Inilah klub yang terdiri dari komunitas-komuntas sepeda. Tidak ada ketua atau pengurus, juga tidak ada anggota resmi dengan keplek atau tetek bengek lain. Yang ada hanya koordinator.
Koordinator ini juga bukan jabatan seumur hidup dalam klub. Jika diperlukan, koordinator bisa diganti dengan musyawarah. Saat ini koordinator ISIS dipegang Hadi Susilo. Dengan tangan terbuka, ISIS menerima siapa saja yang ingin bersepeda. Di klub ini tidak perlu khawatir ‘terbanting’ karena hanya punya sepeda biasa-biasa saja. Maklum, penggila sepeda bisa ngonthel dengan sepeda seharga belasa juta rupiah.
“Kami memang tidak membatasi jenis sepeda yang dibawa. Apa pun pokoknya bisa dionthel, silakan bergabung dengan ISIS,” kata Hadi (35), Jumat (10/12).
Maklum, di Surabaya ada begitu banyak klub sepeda yang spesifik misalnya hanya beranggotakan pemilik sepeda lipat, hanya menerima anggota sepeda kuno, atau yang memiliki sepeda dengan merek tertentu. ISIS menurut Hadi adalah batu pijakan bagi orang-orang yang baru punya sepeda.
“Lucunya, toko-toko sepeda di Surabaya biasanya menjadi tempat bertanya bagi konsumennya. Setelah membeli sepeda, biasanya mereka akan bertanya di komunitas mana mereka bisa bergabung? Jawaban dari pihak toko sepeda biasanya mengarah pada ISIS,” kata Hadi sambil tertawa.
Benar juga, ketika bertanya kepada Iwan, pemilik Graha Sepeda di Jl Kertajaya Surabaya, ISIS juga yang ditunjuk sebagai komunitas yang menerima anggota baru dengan berbagai merek dan jenis sepeda. Baru setelah bergabung di ISIS, mereka akan menemukan teman yang cocok. Biasanya, setelah aktif ngonthel di ISIS mereka jadi tahu komunitas apa yang sesuai dengannya. Mereka pun bergabung dengan klub itu.
Itu juga yang dilakukan Trisandi ketika suaminya dulu sedang getol-getolnya mengayuh sepeda. Supaya tetap dapat menemani suami, dia ikut komunitas ISIS meski tidak terdaftar. “Pokoknya ikut saja. Asyik juga karena tidak formal. Jadi, ketika sekarang suami bergabung di klub lain yang lebih dekat rumah di Sidoarjo, kami tidak merasa bersalah,” kata Tris sambil tertawa.
Bagi Hadi, kutu loncat itu tidak masalah karena tujuan utama ISIS memang untuk sehat. “Akan tetapi, jika ISIS mengadakan gathering, mereka pasti datang dan berkumpul. Kalau sudah begitu sekitar 90 orang akan bertemu lagi,” kata Hadi. Setiap kali ISIS berulang tahun pada 20 April, mereka berkumpul lagi. Tahun ini ISIS berumur enam tahun.
Dalam sebulan ada empat acara tetap. Minggu pertama on road, minggu kedua off road, minggu ketiga on road, dan minggu keempat touring. Pokoknya tidak ada Minggu yang tidak ngonthel. On road diisi dengan menggenjot sepeda dengan rute ‘pendek’ seperti Surabaya ke Sedati, Gresik, Citraland, atau Sidoarjo bagian Selatan. Off road ini yang seru karena mereka mencari jalur yang dihindari pemakai jalan seperti jalan makadam, jalan tanah, paving, dan jalur yang menantang lainnya. Nah, acara minggu keempat ini yang selalu ditunggu karena jalurnya menarik. “Surabaya-Pacet, Surabaya-Jogjakarta, adalah jalur yang pernah ditempuh selain kota lainnya,” tutur Hadi.

Bersepeda ke Tempat Kerja
Ngonthel sudah menjadi keseharian Hadi. Hadi memilih mengayuh sepeda dari rumahnya di Jl Sumatra menuju tokonya di Kapas Krampung. Jaraknya memang tidak jauh, sekitar 4 kilometer. Akan tetapi, kenikmatan mengayuh sepeda itu yang dicari karena bonusnya sudah pasti: badan menjadi sehat.
Meski Hadi cinta mati pada sepeda, ternyata istrinya ‘memilih jalur lain’. “Istri saya guru piano dan tidak suka ngonthel,” Hadi terkekeh.
Trisnani yang akhirnya tertulari virus ngonthel dari suaminya itu akhirnya lebih senang bersepeda ke mana-mana. “Memang kalau ke kantor belum saya lakukan karena saya tinggal di Sidoarjo sedangkan kantor saya di Margomulyo, Surabaya. Tidak terbayangkan setiap pagi bersepeda ke sana. Akan tetapi, jika jarak cukup dekat, sepeda memang menjadi andalan,” kata Tris.
Dalam mengayuh sepeda, ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan yaitu makan. Mereka menyebut tukang makan itu dengan istilah badogers. Tempat makan yang enak menjadi tujuan yang membuat bersemangat. Itu dianggap sebagai pengobat lelah setelah kebut-kebutan, off road, dan meniti tanjakan.
Jika touring setiap bulan direncanakan selalu berbeda, lain dengan off road. Aktivitas yang satu ini dikendalikan alam. Jika cuaca tidak mendukung seperti hujan, acara off road ditangguhkan. Alasannya sepele, mereka tidak mau dinaiki sepeda. Jika cuaca tidak mendukung, biasanya jalur sulit dilewati sepeda dan mereka terpaksa harus menggendong sepeda masing-masing. end

foto milik ISIS Cycling Club

Sip… Jatah Hura-hura!

Sebulan penuh bekerja, ketika mendapat gaji rasanya lega. Begitu angka di ATM bertambah sepertinya ada bertumpuk kebutuhan yang harus dipenuhi. Kalau sudah begini, kapan bisa berhura-hura?

Rasanya sah-sah saja jika gaji sebulan untuk membeli tas idaman. “Toh harganya tidak sampai Rp 500.000,” kata Agnes Berliana (26). Karyawan asuransi ini hampir setiap bulan menganggarkan dana untuk tas dan sepatu.
“Maklum, saya kan harus sering menemui klien. Jadi, penampilan harus dijaga. Baju sih lebih ngirit karena ada seragam dari perusahaan, tetapi sepatu dan task an harus serasi,” alasan lajang yang mengaku pendapatan hampir Rp 4 juta itu. Meski menjadi bagian dari atribut bekerja, bagi Nines, sapaan Agnes, sepatu dan tas masuk kategori hura-hura. Dia merasa pantas menganggarkan sekitar Rp 1,5 juta untuk makan-makan, nonton film, atau liburan ke luar kota.
“Mumpung masih lajang. Nanti kalau sudah berkeluarga pasti tidak punya kesempatan memakai dana hura-hura seperti ini,” aku Nines.
Para lajang yang memiliki penghasilan sendiri sering merasa gaji yang didapat pantas dihabiskan, toh uang itu hasil keringat sendiri. Besar uang yang rontok dari dompet tidak sama. Ratna Sari (28), dosen di kampus swasta Surabaya, merasa perlu mendandani penampilan mulai dari kerudung hingga sepatu. “Setiap hari saya berhadapan dengan mahasiswa yang trendi. Dosennya jangan sampai kalah, dong,” kata Ratna. Untuk urusan penampilan, gajinya terkuras meski masih bisa disisihkan sedikit untuk tabungan. “Nantilah kalau menikah saya mengerem kebiasaan ini,” kata Ratna sambil tertawa.
Nines dan Ratna cukup beruntung karena dapat menikmati seluruh gajinya. Murni Sri Wahyuni (32) harus berpikir sangat panjang untuk membeli tas seharga ratusan ribu rupiah. “Daripada untuk membeli tas, lebih baik untuk bayar les anak-anak,” kata ibu dua anak ini. Jika sudah sangat ingin mendapatkan barang yang harganya mahal, biasanya guru SMA ini menabung dulu atau mengangsur. “Lha, bagaimana lagi? Kebutuhan anak menjadi prioritas,” kata Murni yang mencoret dana hura-hura dari anggaran bulanannya.
Sebenarnya Murni tidak perlu mencoret dana hura-hura karena jika ada dana itu maka kebutuhan untuk bersenang-senang meski hanya sedikit dapat terpenuhi. Menurut Daniel Tulasi SE MM CFP, perencana keuangan dari Unika Widya Mandala Surabaya, sebetulnya jumlah nominal yang bisa diambil dari pendapatan seseorang untuk rekreasi –yang disebut Nines dana hura-hura—pada masa lajang dan keluarga muda tidak dapat ditentukan secara pasti. Pendapatan itu tidak hanya gaji. Penghasilan di luar gaji juga harus dihitung dalam komponen pendapatan. “Akan tetapi, pendapatan dan tujuan keuangan biasanya dijadikan pertimbangan pokok yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan keuangan,” kata Daniel, Rabu (1/12).
Para lajang memang lebih leluasa memakai pendapatannya untuk ‘menikmati’ hidup. Akan tetapi, Daniel menyarankan dana hura-hura itu cukup disediakan 12 persen dari total pendapatan. “Jangan lupa, mereka harus menyisihkan uang untuk asuransi dan tabungan,” ujar Daniel. Asuransi itu sebaiknya dimulai sejak muda sebagai bekal kelak ketika sudah tidak bekerja. Asuransi seharusnya masuk perspektif biaya wajib sehingga saat mendapat gaji, wajib disisihkan untuk asuransi.
Berbeda dengan lajang, pasangan muda yang sama-sama bekerja dengan satu anak, misalnya, memiliki prioritas berbeda. “Mereka harus menyisihkan asuransi, persiapan pendidikan anak, tabungan, dan investasi seperti properti. Adakah dana untuk hura-hura? Anggarkan saja 10 persen. Kelihatannya persentasenya kecil, tetapi karena pendapatannya rangkap, maka besarannya juga makin tinggi,” tutur Daniel. Meski demikian, anggaran untuk hura-hura ini sebaiknya digunakan secukupnya. Jika bersisa, segera masukkan pos tabungan. end

Kebutuhan Berjenjang
Jumlah nominal yang bisa diambil dari pendapatan seorang untuk hura-hura pada masa lajang dan keluarga muda tidak bisa ditentukan secara pasti. Akan tetapi pendapatan dan tujuan keuangan biasanya dijadikan pertimbangan pokok yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan keuangan. Tujuan keuangan, antara satu orang dengan orang lain berbeda karena ditentukan oleh situasi individu, kebutuhan, tujuan hidup, dan perilaku atau gaya hidup.
Meski demikian secara umum tujuan keuangan itu seperti proteksi atas risiko personal, akumulasi capital atau dana untuk investasi, persiapan dana sebagai pendapatan waktu pensiun, pengurangan biaya pajak, perencanaan warisan (pembagian harta bagi ahli waris), manajemen investasi, dan lain-lain. Jika perencanaan keuangan ini dikaitkan dengan siklus kehidupan yang umumnya dibagi atas masa anak-anak, masa lajang, masa awal pernikahan, masa orang tua dengan anak, masa tua awal, masa awal pensiun, dan masa pensiun.
Pada masa anak-anak, orang tua yang merencanakan keuangan untuk anak, mulai kebutuhan sandang-pangan hingga pendidikan karena anak sepenuhnya bergantung pada orang tua. Masa lajang (mulai bekerja), orang mulai melepas ketergantungan pada orang tua dalam bidang fianansial. Perencanaan keuangan pada masa ini umumnya dititikberatkan pada kebutuhan jangka pendek seperti persiapan menikah, membeli kendaraan, rumah. Selain itu mungkin masih ikut bertanggung jawab pada anggota keluarga lain seperti ikut membiayai adik, orang tua, juga dana antisipasi risiko seperti asuransi, dan lain-lain.
Pada masa awal pernikahan biasanya pendapatan relatif masih kecil namun pengeluaran relatif besar sehingga suami istri harus bekerja. Saat ini tabungan rutin penting, alokasi dana untuk proteksi diri, keluarga, pekerjaan menjadi prioritas, begitu juga dengan perencanaan dana untuk masa pensiun. Ketika memiliki anak ada pengeluaran tambahan untuk anak, tenaga pengasuh anak (jika istri tetap bekerja). Hal penting dari masa ini adalah persiapan pendidikan anak maka menabung meruapakan hal paling pokok.
Masa tua awal biasanya perekonomian keluarga mapan namun dana untuk kesehatan dan pensiun mungkin tinggi. Selain itu keinginan untuk investasi tinggi dan makin maksimal ketika memasuki masa awal pensiun. Pada saat ini orang melakukan prioritas proteksi atas pendapatan, penyakit, kematian.

Masa awal pernikahan. Jika suami istri bekerja, pendapatan akan meningkat, misalnya Rp.6 juta.
Kebutuhan hidup dan operasional ≤ 50%
Asuransi ≥ 10%
Investasi mis. properti ≥ 12%
Persiapan pendidikan anak (1 org) ≥ 5%
Tabungan ≥ 8%
Dana untuk hura-hura ≤ 10%
Lain-lain (mis. membantu keluarga) ≥ 5%
Namun sekali lagi, pendapatan dan tujuan keuangan, terutama gaya hidup seorang sangat menentukan porsi dana untuk hura-hura.

Ulang Tahun Para ‘Monster’



Pesta identik dengan makanan sedap. Bagaimana jika komunitas kuliner berulang tahun? Pasti tersedia makanan berlimpah. Di usia empat tahun yang dirayakan 13 Maret lalu, komunitas FoodMonster tampak makin solid. Meski anggotanya ‘hanya’ 150 di milis, komunitas yang satu ini terbilang kompak.

Meski sama-sama menyediakan kue ulang tahun dan tiup lilin, pesta ulang tahun para pecandu kuliner itu diadakan di Kiky’s Baking Institute Surabaya itu justru diisi dengan latihan bareng alias latbar. Chef Giat Setyawan dari Tulip Chocolate dan Monica dari Creative Cake membuat verrine, French pastries yang sedang ngetren, dan membuat chocolate modeling. Maklum, tangan rasanya gatal jika bertemu sesama ratu dapur tetapi tidak ada acara mempraktikkan resep.
Ke-60 ratu dapur itu hanya sebagian dari seluruh anggota. Menurut Lia F, moderator komunitas ini, jumlah itu disesuaikan ruangan yang ada. “Member kami banyak home-baker, tetapi tetap saling berbagi resep andalan berikut tipsnya tanpa takut tersaingi. Tidak jarang mereka berbagi orderan karena sebagian besar memiliki usaha kuliner di rumah. Sebulan sekali latbar, yang mengajar anggota juga. Supaya makin kompak, latbar dilakukan bergiliran di rumah anggota,” kata Lia.
Untuk ukuran milis yang biasanya beranggotakan ratusan orang, anggota FoodMonster yang biasa disebut FM terhitung sedikit. Ternyata jumlah itu memang dibatasi supaya milis tidak terlalu ramai. “Kami memang selektif menerima member. Kami tidak mau milis terlalu ramai tetapi isinya orang yang sliwar-sliwer cuma untuk jualan. Kami ingin milis ini benar-benar padat manfaat,” tutur Lia.
Setiap orang yang ingin bergabung dengan FM harus memenuhi syarat tertentu yaitu hanya berdomisili di area Surabaya dan sekitarnya (Jawa Timur), identitas jelas dengan mengisi formulir isian lengkap dengan data valid, dan direkomendasikan oleh teman yang sudah bergabung dengan FM. Aturan ini cukup ketat dijalankan demi kenyamanan member, mengingat komunikasi melalui mailing list tidak jarang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hanya ingin menjadikan mailing list sebagai sarana berpromosi hingga junk mail tanpa interaksi aktif positif.
Itu juga yang membuat anggotanya betah. Apalagi komunitas ini mengusung semangat tulis untuk berbagi, community for the power of sharing. Di tempat itu juga dijamin tidak ada muatan komersial. Melalui FM member yang masih awam akan bisa dan percaya diri untuk berkarya, sementara member yang sudah berpengalaman akan meningkat aktualisasinya dengan berbagi.
FM adalah komunitas food lover yang didirikan di Surabaya, Februari 2007 oleh empat orang yaitu Lia F, Dewi, Monica Tan, Ary Ampana, dan Neny Anita. Kini formasi itu berubah menjadi Lia F, Dewi, Ary Ampana, Francisca Desy Natalia, Tien Rosiana, dan Ullia Aljabrie. Mereka para perempuan pekerja sekaligus ibu rumah tangga yang punya posisi bagus di tempat kerja. Meski sibuk di kantor dan mengurus keluarga, lima moderator ini tidak kenal lelah mencurahkan perhatian untuk FM. “Kami sering meeting malam sepulang dari kantor untuk membahas agenda-agenda FM yang diadakan bulanan. Meeting-nya nggak cuma sekali atau dua kali, tetapi sering kali setiap bulan untuk membahas materi, pengajar, lokasi, resep, setting, dan pembagian tugas,” cerita Lia. Dia menambahkan, “Kami meeting di kafe dengan biaya dari kantong sendiri, lho.”
Setelah berjalan lebih dari tiga tahun, materi latbar makin lengkap. Mulai dari membuat aneka nasi, membuat ayam kodok, membuat aneka roti dan kue, pasta, carving, fondant, dan sebagainya. Oleh karena peserta selalu ingin mengabadikan hasil karyanya dengan baik, akhirnya dibukalah latbar yang sama sekali tidak berurusan dengan mikser dan tepung, yaitu food photography. Hasilnya, peserta yang sebagian memiliki blog dan akun di jejaring sosial langsung mengunggah foto-foto hasil jepretan sendiri.

Provokasi Latihan Bareng Mons
Latihan bareng alias latbar menjadi agenda paling penting dalam komunitas FoodMonster (FM). Seluruh anggota biasanya menunggu pengumuman dari moderator FM. Meski kebanyakan para ibu, jangan berharap aka nada undangan manis layaknya undangan arisan di RT.
Undangan latbar biasanya justru gokil dan memprovokasi anggota untuk datang. Seperti latbar yang diadakan 16 April 2011 di Kiky's Baking Institute, Jl Raya Kertajaya no 9 Surabaya. Acara biasanya dimulai sejak pagi hingga lepas waktu makan siang. Cara memberitahu Mons (sapaan untuk anggota FM) sangat akrab. Karena lokasi parkir di tempat latbar itu tidak luas, moderator menyarankan Mons yang ingin datang bermobil ke lokasi sebaiknya diantar atau naik kendaraan umum.
Cara mendaftar juga unik. Biaya latbar bervariasi dan dibayar lewat transfer dengan dua digit terakhir ditambah nominal sesuai nomor urut. Peserta nomer urut 1 wajib mentransfer Rp100,001, peserta nomer urut 2 wajib mentransfer Rp100,002, dan seterusnya. Jika peserta kurang dari 36, acara dibatalkan. Akan tetapi, supaya semua dapat berlatih dan menikmati acara, peserta dibatasi 50. Provokasi seperti itu cukup membuat anggota yang ingin ikut pontang-panting mendaftar segera. Memang itu yang diharapkan panitia agar sejak awal sudah dapat dihitung jumlah peserta.
Latbar berarti juga saatnya menunjukkan kelihaian mewujudkan resep karena selalu ada peserta yang kebagian membawa potluck, makanan atau minuman yang dibawa peserta untuk dinikmati bersama. Biasanya pembagian potluck membuat peserta berharap-harap cemas. Semua ingin membawa yang terbaik dan dipuji oleh para peserta.
Latbar bukan tempat mencari untung bagi penyelenggara. “Semua dihitung di lokasi dan dibagi dengan sejumlah peserta. Instruktur juga gratis,” kata Lia, salah satu moderator.
Berbeda dengan komunitas kuliner lainnya yang menitikberatkan pada petualangan kuliner, bagian dari tempat kursus kuliner, atau yang bersifat komersial, FM berusaha memenuhi semua kebutuhan itu. Ya latbar, ya jalan bareng untuk wisata kuliner, juga berburu pernik saji dan dapur, serta menjenguk dari toko ke toko.
Saat latbar adalah saat berkumpul bersama keluarga besar. Benar-benar keluarga besar karena yang senior akan membantu para pendatang baru di dunia kuliner. Yang masih ‘ijo’ tidak segan bertanya pada yang dianggap lebih piawai. Di tempat itu semua berbagi ilmu dan mendapat ilmu baru.

foto-foto milik FoodMonster

Nggowes Bareng ‘Hantu’



Jumat malam menjadi hari paling ditunggu anggota komunitas BikeBerry. Sepintas namanya memang mirip ponsel karena ketika mancal sepeda, sebagian besar peserta memakai Blackberry. Nama BikeBerry pun dipilih.

Memilih Minggu pagi atau Sabtu pagi untuk mancal sepeda sudah biasa. Komunitas yang satu ini justru memilih malam hari untuk melemaskan kaki. Karena banyak yang bekerja lima hari, Jumat adalah hari paling buncit yang harus dinikmati hingga ‘tetes’ jam terakhir.
Acara dugem pun digelar. Jangan membayangkan dugem BikeBerry dengan ber-ajib-ajib sambil bergoyang. Sama sekali tidak. Dugem mereka dilakoni dengan mancal sepeda menembus malam. Sama-sama menghabiskan malam, puncak dugem bagi BikeBerry adalah berwisata kuliner. Lokasinya selalu berubah bergantung pada rute ngonthel dan informasi tempat makan yang sedap.
Selalu ada alasan untuk berwisata kuliner. Alasan yang paling masuk akal adalah setelah menggowes berkilometer tentu saja perut menagih upah. Menurut Bonggo Gunawan, 43, Jumat malam adalah saat bertemu dengan sekitar 80 anggota BikeBerry. “Biasanya kami berkumpul pukul 19.00 dan mulai menggowes pukul 20.00. Tujuannya sudah disepakati lebih dulu, tetapi yang jelas harus ada wisata kulinernya,” kata Bonggo.
Acara mengukur jalan malam hari itu berakhir pukul 23.00 WIB dengan kembali ke tempat semula. Mereka membuat peraturan bersama bahwa berangkat dari satu titik dan kembali ke titik yang sama. Itu untuk memastikan semua peserta tetap lengkap dan tidak ada yang terselip di tempat lain.
Jadwal tetap gowes disepakati setiap Selasa dan Jumat malam dengan Night Ride (NR), Sabtu dan Minggu dengan Morning Ride (MR), dan Car Free Day (CFD) setiap Minggu. Peminat terbanyak berkumpul di Jumat malam. Sepertinya tidak ada hari tanpa sepeda. Setiap hari mereka ramai menentukan rute baru, tempat kuliner baru, segala urusan tentang sepeda di milis bikeberry@yahoogroups.com yang diikuti 325 anggotanya. Cagar budaya dan ikon Surabaya menjadi salah satu tujuan. Anggota BikeBerry punya jadwal sendiri-sendiri yang bisa dipilih. Ngonthel Selasa malam biasanya diikuti sekitar 40 peserta. MR menjadi pertemuan yang ‘normal’ karena dilakukan pagi hingga siang. NR mereka yang terakhir ke Citraland dengan jarak tempuh 40 km pergi-pulang.
Awalnya, tidak ada komunitas sepeda yang memilih malam sebagai hari menjelajah. Akan tetapi, dengan segala kenikmatan malam hari, kini banyak komunitas sepeda yang menjajal wilayah malam hari.

“Peraturan lain di BikeBerry adalah berhelm, sepeda harus menggunakan lampu, dan mematuhi aturan lalu lintas. Slogan kami Wajib Pakai Helm dan Lampu serta Patuhi Aturan Lalu Lintas!!!” kata Bonggo.
Peraturan itu sepintas sepele, tetapi banyak juga yang enggan ribet mengenakan helm atau memasang lampu. Demi menegakkan peraturan, meski ribet, semua anggota harus mematuhi jika ingin tetap mancal sepeda di komunitas yang berdiri 7 Oktober 2008.
“Untuk urusan yang satu itu kami memang saklek. Ada yang menganggap acara nggowes kami terlalu santai dan terlalu ribet. Akan tetapi, kami memang mengutamakan keamanan,” tambah Bonggo.
Oleh karena kebutuhan anggotanya makin banyak, BikeBerry memiliki subkomunitas bernama Surabaya Folding Bike (SFB). Acaranya sama meski yang terakhir ini lebih untuk mewadahi mereka yang punya sepeda sama. Meski begitu, anggotanya tetap karena biasanya satu orang memiliki lebih dari satu jenis sepeda. Sepeda yang ngetop sekarang adalah sepeda lipat dan fixie.
Anggota komunitas ini berumur 30-40 tahun. Hanya ada beberapa yang berusia 40 tahun ke atas. “Saya termasuk golongan minoritas dan karena dianggap tua, mereka memanggil saya Opa,” kata Bonggo.
Akan tetapi, setelah fixie dan sepeda lipat menjamur, anggota yang bergabung lebih bervariasi. Saat ini banyak mahasiswa menjadi peserta tetap menggowes malam maupun pagi.

foto milik Komunitas Bikeberry

Hemat Atau Pelit?

Uang ada, tetapi sayang dikeluarkan untuk menraktir teman. Bukankah masing-masing sudah mendapat jatah uang makan dari kantor? Bukankah urusan makan siang adalah kewajiban pemilik perut masing-masing?

Jika menghadapi teman seperti yang sulit menarik selembar uang dari dompetnya, sebenarnya itu hemat atau pelit? Sulit membedakan sifat pelit dan kebiasaan hemat. Paling tidak bagi Mariana, 32. Ibu satu balita itu mengeluhkan kepelitan Doni, 32, suaminya.
“Ketika pacaran sebenarnya saya sudah menangkap sinyal itu. Jika makan berdua dia tidak pernah mau masuk restoran, maunya makan di kafe biasa. Satu-satunya acara belanja datang ketika musim diskon,” kata karyawan di perusahaan farmasi di Sidoarjo. Doni juga bekerja di perusahaan yang sama.
Doni hanya tertawa mendengar penuturan istrinya. Dia membenarkan cerita itu. Akan tetapi, Doni punya alasan lain. “Jika bisa makan di tempat yang biasa-biasa saja dan itu sudah membuat kenyang, mengapa harus ke restoran? Saya membayar makanannya dan bukan pelayanan serta suasananya,” ungkap Doni. “Tentang belanja saat diskon, saya punya alasan juga. Kebutuhan sehari-hari saya tidak banyak dan itu bisa dipenuhi dari minimarket dekat rumah. Kebutuhan lain seperti baju kan tidak sering. Saya senang punya baju baru, tetapi jika itu bisa dibeli saat diskon, bukankah lebih menguntungkan? Saya bisa kok menahan diri untuk kebutuhan yang bisa ditunda sampai ada diskon,” tambah Doni.
Doni justru merasa heran dengan luapan tak berdaya istrinya ketika tidak punya uang. Istrinya akan mengucapkan kaul seperti kalau nanti punya uang, mau beli dua tas baru atau pokoknya bulan depan akan beli jaket panjang. Harus. Sikap Mariana itu yang tidak ada dalam kamus Doni.
Kenali sifat pasangan. Menurut David Bach, penulis Smart Couples Finish Rich, sikap impulsif Mariana yang berusaha mewujudkan janjinya ketika sedang tidak punya uang akan dianggap boros oleh Doni. Sebaliknya, Mariana merasa Doni superhemat alias pelit.
Carmen Wong Ulrich, perencana keuangan, menyatakan bahwa setiap orang memiliki tujuan tentang uang. Ada yang menganggap uang adalah sumber kebahagiaan, ada juga yang menganggap uang harus disimpan untuk hari tua, atau anggapan bahwa uang diciptakan untuk dihabiskan. Pasangan yang akan menikah sebaiknya sudah sejalan dengan tujuan uang. “Jika kebutuhan utama pasangan muda adalah memiliki rumah, maka suami-istri harus saling membantu untuk mewujudkannya. Dengan mengetahui tujuan uang masing-masing, ia akan belajar memahami cara berpikir pasangannya tentang uang,” tutur Carmen.

Hemat Vs Pelit
Apa sebenarnya perbedaan antara hemat dan pelit? Dalam keuangan, kedua sifat itu bisa jadi berimpitan. Krisis keuangan membuat orang harus mulai hidup hemat dan lebih banyak menabung, untuk memberi kemandirian finansial. Wajar bila kemudian dicri cara untuk memangkas pengeluaran.
Apa ciri-ciri orang hemat? Yang sederhana adalah membeli barang-barang yang dibutuhkan saat ada diskon. Kebutuhan sehari-hari yang biasanya dalam jumlah besar sebaiknya memang diburu saat diskon. Berbekal lembaran daftar promo, barang kebutuhan dapat diperoleh dengan harga miring. Itu adalah hemat. Anda termasuk kategori pelit apabila hanya mau membeli barang yang didiskon. Selain yang didiskon, tidak diambil meski sebenarnya membutuhkannya. Akibatnya, orang akan memburu barang-barang murah meski sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Menabung memang harus, tetapi jika semua penghasilan ditabung dan tidak menyisihkan sebagian untuk menikmati hidup, jangan-jangan sudah masuk wilayah pelit. Menurut Koeswara dari Unika Widya Mandala Surabaya, dalam membagi pos pengeluaran, sisihkan untuk ‘bersenang-senang’. “Jumlahnya tidak lebih dari 30 persen setelah dipotong untuk membayar kewajiban seperti utang, kredit rumah, kredit kendaraan, dan lain-lain. Jumlah itu cukup memadai. Persentasenya jangan terlalu besar karena akan membuat boros, tetapi juga jangan terlalu kecil sehingga menjadi pelit,” kata Koeswara.
Pelit namanya jika naik kendaraan umum bersama anak dan Anda memaksa diri memangku anak yang seharusnya bisa duduk sendiri hanya agar bisa membayar untuk satu orang. Lihatlah betapa penumpang lain harus berdesakan karena porsi tempat duduk Anda menjadi lebih luas.
Menyusun anggaran dan menabung harus dilakukan secara terukur, agar bisa tetap bertahan hidup dengan layak, dan mencapai tujuan finansial yang diinginkan. end

Jangan Banyak Dipikir, Langsung Action



Jika dulu orang merasa cukup aman dengan tabungan yang diambil dari sisa pengeluaran per bulan, cara seperti itu sudah tidak bisa dilakukan lagi karena bunga tabungan tidak lagi menjadi jaminan untuk biaya hidup masa depan. “Saatnya menambah jumlah tabungan dan mulai berinvestasi pada bentuk lain. Bisa dengan logam mulia seperti emas atau berwirausaha,” kata Daniel Tulasi, Perencana Keuangan dari Unika Widya Mandala Surabaya.
Sejalan dengan Daniel, perencanaan keuangan Ligwina Hananto dalam bukunya Plan Now, juga menyarankan menyisihkan uang untuk berinvestasi. Biasakan cermat mengelola uang, manfaatkan investasi berkala, tentukan tujuan finansial utama dan tujuan finansial lainnya. Mulai mengubah dan mengaktifkan uang. Siapkan dana darurat dan dana cadangan, raih tujuan finansial terdekat -jangka pendek dan menengah- serta tambah dana darurat hingga lebih dari 12 bulan. Alokasi dana pembelian aset aktif. Awali dengan menambah pengetahuan tentang keuangan, mencari lokasi informasi alternatif aset aktif (bisnis, properti, surat berharga) setelah itu baru action. Menerima pendapatan pasif. Beli aset aktif dan mulailah menerima pendapatan pasif sehingga jumlahnya makin lama setara dengan pengeluaran bulanan. Sambil menunggu, teruslah mencari informasi alternatif aset aktif.
Berapa jatah untuk berinvestasi saat ini? Jika memiliki dana Rp 5 juta-Rp 10 juta, mahasiswa atau ibu rumah tangga bisa memulainya dengan mudah. Christine Wuryanano yang disapa Christine Wu menyarankan untuk melakukan usaha sesuai hobi. Jika hobi memasak, silakan dijual ke tetangga atau saat arisan keluarga. “Ada juga usaha tanpa modal yaitu bisnis online. Mahasiswa saya melakukan trik itu. Dia memasang barang, dan ketika uang pesanan ditransfer, dia membelikan barang itu. Selisihnya menjadi keuntungan yang jika dikumpulkan akan besar,” kata Christine. Dalam bisnis online, para ibu di rumah bisa menjalankan bisnisnya bahkan hanya dengan mengenakan daster.
Christine menambahkan bahwa jika ingin berbisnis, segera action. “Jangan banyak berpikir karena hanya memupuk kekhawatiran.”
Jika yang dikhawatirkan kegagalan dan modal tidak kembali, Christine punya cara lain. Dia tidak pernah menyebut itu gagal, tetapi belajar. Dengan begitu, tidak ada kamus gagal dalam usahanya. Yang ada hanya belajar.
“Itu karena dalam setiap kesalahan, saya belajar untuk tidak mengulangi dan mengambil jalan lain agar tidak terulang,” tuturnya. Perempuan yang menjadi Wanita Inspirasi 2009 oleh Tabloid Nova itu pernah jatuh bangun dalam bisnis. Ketika nyemplung dalam usaha herbal, uang ratusan juta tersedot dan bisnis itu tidak kunjung meledak seperti yang diharapkannya.
Ide segar justru datang dari anaknya, Riyadh Ramadhan. Siswa kelas XII itu melihat outlet milik ibunya di Royal Plaza Surabaya tidak hoki jika digunakan berbisnis herbal. Outlet itu diminta dan Riyadh menyodorkan ide untuk menjual gorengan.
“Sederhana, kan?! Awalnya saya sangsi, tetapi setelah dipelajari oke juga. Dia menjual gorengan kelas atas,” cerita Christine.
Riyadh memberi nama Go Crunz! untuk usaha gorengan itu. Jamur menjadi gorengan andalan awalnya. Kemudian ditambah dengan bahan lain. Kini, Riyadh membuktikan idenya lebih diterima. Alasannya masuk akal. Di lantai 3 Royal Plaza, outlet milik ibunya yang berbisnis herbal dianggapnya tidak sejalan dengan sekitarnya yang memang berisi outlet makanan dan minuman.
Kini, Riyadh yang mulai membuka waralaba untuk Go Crunz! Sejak Oktober lalu boleh bernapas lega karena gorengan yang dikemas apik itu mulai mendatangkan keuntungan. Supaya berbeda dengan gorengan lain, kemasan dibuat ‘berkelas’ karena yang disasar memang pembeli dari kalangan atas.
“Riyadh membuktikan bahwa idenya membuat bisnis makanan memang menjanjikan. Itu juga yang membuat saya makin bersemangat mengurusi Cupbol,” ungkap Christine yang kini sudah memiliki mitra Cupbol di Sidoarjo, Mojokerto, Madiun, Lumajang, Jember, Pasuruan, Malang, Tulungagung, dan Jambi.

Kreatif Tampilan Baru
Konsumen yang ditangani Christine rentan berpindah ke lain hati karena Cupbol mudah ditiru. Apalagi dia memang tidak menyimpan rahasia resep. “Tidak ada yang saya sembunyikan. Cara lain agar konsumen kembali adalah dengan mengemas penganan ini menjadi kreatif,” katanya.
Dia justru gembira jika ada yang membuat usaha serupa sehingga ada persaingan dan memancing ide kreatif. Itu sejalan dengan jurus ATM, amati, tiru, dan modifikasi yang dibagikan Christine pada mahasiswanya.
Awalnya, Cupbol hanya memiliki tiga rasa yaitu isi ragout, cokelat, dan stroberi. Hanya dalam waktu satu bulan konsumen mulai bosan. Christine memutar otak dengan mencari ide baru supaya konsumen mencoba.
Ternyata percobaan itu berhasil. Kini ada 21 varian yang bisa dipilih. Demikian juga dengan Go Crunz! yang terus menambah bahan untuk gorengannya. Jika sebelumnya jamur menjadi andalan, Riyadh mulai mencoba potongan ayam. Ternyata pelanggan menyukainya. Sebagai bahan percobaan lain adalah ketika dia menyajikan kulit ayam yang garing. Menu yang satu ini memang unik karena tidak banyak yang menyajikan kulit ayam untuk camilan kelas atas. end

foto milik Christine Wu

Atur Lagi Keuangan

Perencanaan keuangan pribadi merupakan proses pengelolaan keuangan untuk mencapai kepuasan ekonomi pribadi. Setiap orang, keluarga, rumah tangga memiliki posisi keuangan yang unik sehingga setiap aktivitas keuangan harus direncanakan secara hati-hati untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan.
Keuntungan dari perencanaan keuangan pribadi antara lain peningkatan penghasilan, penggunaan uang, dan perlindungan terhadap penghasilan lebih tertata. Itu diperlukan untuk mengendalikan diri dan menghindari utang berlebihan, kebangkrutan, dan ketergantungan pada orang lain. Jika keputusan keuangan direncanakan dengan baik dan dikomunikasikan dalam keluarga, hubungan kekeluargaan makin kuat dan menyenangkan karena bebas dari ketakutan finansial. Dengan demikian, keluarga dapat mengantisipasi pengeluaran dan menyiapkan masa depan.
Yang perlu dilakukan adalah duduk bersama pasangan dalam suasana menyenangkan. Anda dan harus memetakan kondisi keuangan saat ini. Pada tahap pertama, seorang harus menentukan kondisi keuangannya dengan memerhatikan beberapa hal pokok yakni pendapatan, tabungan, pengeluaran-pengeluaran, dan utang. Siapkan sebuah catatan mengenai neraca aset dan utang serta jumlah pengeluaran untuk berbagai jenis pengeluaran.
“Pengeluaran itu harus sesuai dengan kebutuhan keluarga karena itu harus realisitis, spesifik, terukur, memiliki time frame yang jelas dan dapat diwujudkan,” kata Daniel Tulasi, Perencana Keuangan dari Unika Widya Mandala Surabaya.

Menyusun Anggaran
Penghasilan Anda dan suami disatukan. Itu adalah pemasukan keluarga. Jika ada penghasilan dari usaha lain yang rutin, itu juga dihitung. Setelah angka didapat, 30 persen dari penghasilan untuk pos investasi.
Setelah itu pengeluaran selama sebulan didata. Pengeluaran rutin seperti listrik, air, telepon, biaya pendidikan anak, transportasi, biaya kesehatan, belanja bulanan dan harian, gaji pekerja di rumah, hingga uang saku. Jangan lupa mendata pengeluaran untuk cicilan utang baik kredit rumah, kendaraan, maupun barang lain.
Di dalam daftar pengeluaran, masukkan juga pos darurat dan pos tabungan. Pos darurat itu sebaiknya tidak diutak-atik hingga memang benar-benar dibutuhkan. Pos tabungan digabung dengan pengeluaran karena mengambil sebagian penghasilan.
Itu adalah daftar panjang bulanan. Sandingkan pengeluaran itu dengan total 70 persen penghasilan. Jika dari seluruh pengeluaran ternyata masih ada sisa, keuangan keluarga bisa dikatakan cukup sehat meski pos untuk tabungan dan pos darurat makin lama harus semakin besar jumlahnya. Pos darurat ini harus diantisipasi hingga jumlahnya mencapai 6-12 kali penghasilan layak saat ini. Artinya, jika terjadi sesuatu pada Anda dan suami –misalnya di-PHK-- maka masih ada cadangan dana untuk hidup layak selama 6-12 bulan. Pada saat itu diharapkan Anda dan suami sudah memiliki sumber penghasilan baru.
Disiplin menjalankan rencana menjadi salah satu kunci agar keuangan keluarga tetap aman dari bulan ke bulan. “Selain itu, rencana keuangan harus selalu dikoreksi. Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses yang tidak pernah akan berakhir. Masyarakat selalu berubah, kebutuhan dan keinginan manusia pun berubah. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terus-menerus untuk menjamin bahwa tujuan keuangan akan terwujud dengan pilihan keputusan yang telah ditetapkan, atau jika perlu melakukan perubahan rencana yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan saat ini,” tambah Daniel.

Rencana Keuangan yang Tidak Pernah Berhenti
Saatnya mengidentifikasi serangkaian tindakan alternatif karena kebutuhan makin hari makin besar. Tahap ini amat penting karena banyak pilihan yang harus diperhitungkan. Meski tindakan altenatif banyak, namun harus mengacu pada beberapa pedoman berikut. Serangkaian tindakan yang sama harus dilakukan terus-menerus, misalnya menabung dalam jumlah yang sama setiap bulan.
Jika dulu orang merasa cukup aman dengan tabungan yang diambil dari sisa pengeluaran per bulan, cara seperti itu sudah tidak bisa dilakukan lagi karena bunga tabungan tidak lagi menjadi jaminan untuk biaya hidup masa depan. “Saatnya menambah jumlah tabungan dan mulai berinvestasi pada bentuk lain. Salah satunya adalah logam mulia seperti emas. Emas yang menjadi investasi sebaiknya emas batangan karena harganya relatif stabil,” kata Daniel.
Pilih dan wujudkan suatu rencana. Setelah menetapkan sebuah rencana, misalnya akan membeli kendaraan atau rumah, tindakan maka harus diwujudkan dalam kehidupan. Misalnya jika ingin meningkatkan tabungan saat ini maka harus dilakukan penghematan pengeluaran atau meningkatkan pendapatan.
Jika anggaran keluarga sudah dibuat dan ternyata pengeluaran bulan ini lebih besar dari penghasilan, bagaimana mengatasinya? Yang pertama adalah merevisi rencana anggaran. Seleksi lagi anggaran yang dapat dirampingkan atau bahkan dicoret untuk sementara. Supaya keuangan tetap sehat, bersihkan dulu dari segala macam utang. Tunggakan kartu kredit harus segera ditutup agar bunganya tidak makin menjerat. Jika tunggakan kartu kredit memang masuk kondisi kritis, relakan pos tabungan untuk menutup semua utang. Segera setelah utang yang makin membengkak dilunasi, sehatkan keuangan dengan membuat rencana keuangan baru.