30 Maret 2011

Nggowes Bareng ‘Hantu’



Jumat malam menjadi hari paling ditunggu anggota komunitas BikeBerry. Sepintas namanya memang mirip ponsel karena ketika mancal sepeda, sebagian besar peserta memakai Blackberry. Nama BikeBerry pun dipilih.

Memilih Minggu pagi atau Sabtu pagi untuk mancal sepeda sudah biasa. Komunitas yang satu ini justru memilih malam hari untuk melemaskan kaki. Karena banyak yang bekerja lima hari, Jumat adalah hari paling buncit yang harus dinikmati hingga ‘tetes’ jam terakhir.
Acara dugem pun digelar. Jangan membayangkan dugem BikeBerry dengan ber-ajib-ajib sambil bergoyang. Sama sekali tidak. Dugem mereka dilakoni dengan mancal sepeda menembus malam. Sama-sama menghabiskan malam, puncak dugem bagi BikeBerry adalah berwisata kuliner. Lokasinya selalu berubah bergantung pada rute ngonthel dan informasi tempat makan yang sedap.
Selalu ada alasan untuk berwisata kuliner. Alasan yang paling masuk akal adalah setelah menggowes berkilometer tentu saja perut menagih upah. Menurut Bonggo Gunawan, 43, Jumat malam adalah saat bertemu dengan sekitar 80 anggota BikeBerry. “Biasanya kami berkumpul pukul 19.00 dan mulai menggowes pukul 20.00. Tujuannya sudah disepakati lebih dulu, tetapi yang jelas harus ada wisata kulinernya,” kata Bonggo.
Acara mengukur jalan malam hari itu berakhir pukul 23.00 WIB dengan kembali ke tempat semula. Mereka membuat peraturan bersama bahwa berangkat dari satu titik dan kembali ke titik yang sama. Itu untuk memastikan semua peserta tetap lengkap dan tidak ada yang terselip di tempat lain.
Jadwal tetap gowes disepakati setiap Selasa dan Jumat malam dengan Night Ride (NR), Sabtu dan Minggu dengan Morning Ride (MR), dan Car Free Day (CFD) setiap Minggu. Peminat terbanyak berkumpul di Jumat malam. Sepertinya tidak ada hari tanpa sepeda. Setiap hari mereka ramai menentukan rute baru, tempat kuliner baru, segala urusan tentang sepeda di milis bikeberry@yahoogroups.com yang diikuti 325 anggotanya. Cagar budaya dan ikon Surabaya menjadi salah satu tujuan. Anggota BikeBerry punya jadwal sendiri-sendiri yang bisa dipilih. Ngonthel Selasa malam biasanya diikuti sekitar 40 peserta. MR menjadi pertemuan yang ‘normal’ karena dilakukan pagi hingga siang. NR mereka yang terakhir ke Citraland dengan jarak tempuh 40 km pergi-pulang.
Awalnya, tidak ada komunitas sepeda yang memilih malam sebagai hari menjelajah. Akan tetapi, dengan segala kenikmatan malam hari, kini banyak komunitas sepeda yang menjajal wilayah malam hari.

“Peraturan lain di BikeBerry adalah berhelm, sepeda harus menggunakan lampu, dan mematuhi aturan lalu lintas. Slogan kami Wajib Pakai Helm dan Lampu serta Patuhi Aturan Lalu Lintas!!!” kata Bonggo.
Peraturan itu sepintas sepele, tetapi banyak juga yang enggan ribet mengenakan helm atau memasang lampu. Demi menegakkan peraturan, meski ribet, semua anggota harus mematuhi jika ingin tetap mancal sepeda di komunitas yang berdiri 7 Oktober 2008.
“Untuk urusan yang satu itu kami memang saklek. Ada yang menganggap acara nggowes kami terlalu santai dan terlalu ribet. Akan tetapi, kami memang mengutamakan keamanan,” tambah Bonggo.
Oleh karena kebutuhan anggotanya makin banyak, BikeBerry memiliki subkomunitas bernama Surabaya Folding Bike (SFB). Acaranya sama meski yang terakhir ini lebih untuk mewadahi mereka yang punya sepeda sama. Meski begitu, anggotanya tetap karena biasanya satu orang memiliki lebih dari satu jenis sepeda. Sepeda yang ngetop sekarang adalah sepeda lipat dan fixie.
Anggota komunitas ini berumur 30-40 tahun. Hanya ada beberapa yang berusia 40 tahun ke atas. “Saya termasuk golongan minoritas dan karena dianggap tua, mereka memanggil saya Opa,” kata Bonggo.
Akan tetapi, setelah fixie dan sepeda lipat menjamur, anggota yang bergabung lebih bervariasi. Saat ini banyak mahasiswa menjadi peserta tetap menggowes malam maupun pagi.

foto milik Komunitas Bikeberry

Tidak ada komentar: