30 Maret 2011

Ngonthel Pertama di ISIS




Aktivitas ngonthel menjadi gaya hidup yang banyak dilirik. Salah satu komunitas yang biasanya menjadi jujugan bagi pemilik sepeda baru atau mereka yang baru ingin bergabung dengan klub ngonthel adalah ISIS (Ingin Sehat Ingat Sepeda).

Melihat nama panjang ISIS sudah barang tentu tujuan utamanya memang ngonthel untuk sehat. Klub yang satu ini cukup unik. Inilah klub yang terdiri dari komunitas-komuntas sepeda. Tidak ada ketua atau pengurus, juga tidak ada anggota resmi dengan keplek atau tetek bengek lain. Yang ada hanya koordinator.
Koordinator ini juga bukan jabatan seumur hidup dalam klub. Jika diperlukan, koordinator bisa diganti dengan musyawarah. Saat ini koordinator ISIS dipegang Hadi Susilo. Dengan tangan terbuka, ISIS menerima siapa saja yang ingin bersepeda. Di klub ini tidak perlu khawatir ‘terbanting’ karena hanya punya sepeda biasa-biasa saja. Maklum, penggila sepeda bisa ngonthel dengan sepeda seharga belasa juta rupiah.
“Kami memang tidak membatasi jenis sepeda yang dibawa. Apa pun pokoknya bisa dionthel, silakan bergabung dengan ISIS,” kata Hadi (35), Jumat (10/12).
Maklum, di Surabaya ada begitu banyak klub sepeda yang spesifik misalnya hanya beranggotakan pemilik sepeda lipat, hanya menerima anggota sepeda kuno, atau yang memiliki sepeda dengan merek tertentu. ISIS menurut Hadi adalah batu pijakan bagi orang-orang yang baru punya sepeda.
“Lucunya, toko-toko sepeda di Surabaya biasanya menjadi tempat bertanya bagi konsumennya. Setelah membeli sepeda, biasanya mereka akan bertanya di komunitas mana mereka bisa bergabung? Jawaban dari pihak toko sepeda biasanya mengarah pada ISIS,” kata Hadi sambil tertawa.
Benar juga, ketika bertanya kepada Iwan, pemilik Graha Sepeda di Jl Kertajaya Surabaya, ISIS juga yang ditunjuk sebagai komunitas yang menerima anggota baru dengan berbagai merek dan jenis sepeda. Baru setelah bergabung di ISIS, mereka akan menemukan teman yang cocok. Biasanya, setelah aktif ngonthel di ISIS mereka jadi tahu komunitas apa yang sesuai dengannya. Mereka pun bergabung dengan klub itu.
Itu juga yang dilakukan Trisandi ketika suaminya dulu sedang getol-getolnya mengayuh sepeda. Supaya tetap dapat menemani suami, dia ikut komunitas ISIS meski tidak terdaftar. “Pokoknya ikut saja. Asyik juga karena tidak formal. Jadi, ketika sekarang suami bergabung di klub lain yang lebih dekat rumah di Sidoarjo, kami tidak merasa bersalah,” kata Tris sambil tertawa.
Bagi Hadi, kutu loncat itu tidak masalah karena tujuan utama ISIS memang untuk sehat. “Akan tetapi, jika ISIS mengadakan gathering, mereka pasti datang dan berkumpul. Kalau sudah begitu sekitar 90 orang akan bertemu lagi,” kata Hadi. Setiap kali ISIS berulang tahun pada 20 April, mereka berkumpul lagi. Tahun ini ISIS berumur enam tahun.
Dalam sebulan ada empat acara tetap. Minggu pertama on road, minggu kedua off road, minggu ketiga on road, dan minggu keempat touring. Pokoknya tidak ada Minggu yang tidak ngonthel. On road diisi dengan menggenjot sepeda dengan rute ‘pendek’ seperti Surabaya ke Sedati, Gresik, Citraland, atau Sidoarjo bagian Selatan. Off road ini yang seru karena mereka mencari jalur yang dihindari pemakai jalan seperti jalan makadam, jalan tanah, paving, dan jalur yang menantang lainnya. Nah, acara minggu keempat ini yang selalu ditunggu karena jalurnya menarik. “Surabaya-Pacet, Surabaya-Jogjakarta, adalah jalur yang pernah ditempuh selain kota lainnya,” tutur Hadi.

Bersepeda ke Tempat Kerja
Ngonthel sudah menjadi keseharian Hadi. Hadi memilih mengayuh sepeda dari rumahnya di Jl Sumatra menuju tokonya di Kapas Krampung. Jaraknya memang tidak jauh, sekitar 4 kilometer. Akan tetapi, kenikmatan mengayuh sepeda itu yang dicari karena bonusnya sudah pasti: badan menjadi sehat.
Meski Hadi cinta mati pada sepeda, ternyata istrinya ‘memilih jalur lain’. “Istri saya guru piano dan tidak suka ngonthel,” Hadi terkekeh.
Trisnani yang akhirnya tertulari virus ngonthel dari suaminya itu akhirnya lebih senang bersepeda ke mana-mana. “Memang kalau ke kantor belum saya lakukan karena saya tinggal di Sidoarjo sedangkan kantor saya di Margomulyo, Surabaya. Tidak terbayangkan setiap pagi bersepeda ke sana. Akan tetapi, jika jarak cukup dekat, sepeda memang menjadi andalan,” kata Tris.
Dalam mengayuh sepeda, ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan yaitu makan. Mereka menyebut tukang makan itu dengan istilah badogers. Tempat makan yang enak menjadi tujuan yang membuat bersemangat. Itu dianggap sebagai pengobat lelah setelah kebut-kebutan, off road, dan meniti tanjakan.
Jika touring setiap bulan direncanakan selalu berbeda, lain dengan off road. Aktivitas yang satu ini dikendalikan alam. Jika cuaca tidak mendukung seperti hujan, acara off road ditangguhkan. Alasannya sepele, mereka tidak mau dinaiki sepeda. Jika cuaca tidak mendukung, biasanya jalur sulit dilewati sepeda dan mereka terpaksa harus menggendong sepeda masing-masing. end

foto milik ISIS Cycling Club

Tidak ada komentar: