30 Maret 2011

Ulang Tahun Para ‘Monster’



Pesta identik dengan makanan sedap. Bagaimana jika komunitas kuliner berulang tahun? Pasti tersedia makanan berlimpah. Di usia empat tahun yang dirayakan 13 Maret lalu, komunitas FoodMonster tampak makin solid. Meski anggotanya ‘hanya’ 150 di milis, komunitas yang satu ini terbilang kompak.

Meski sama-sama menyediakan kue ulang tahun dan tiup lilin, pesta ulang tahun para pecandu kuliner itu diadakan di Kiky’s Baking Institute Surabaya itu justru diisi dengan latihan bareng alias latbar. Chef Giat Setyawan dari Tulip Chocolate dan Monica dari Creative Cake membuat verrine, French pastries yang sedang ngetren, dan membuat chocolate modeling. Maklum, tangan rasanya gatal jika bertemu sesama ratu dapur tetapi tidak ada acara mempraktikkan resep.
Ke-60 ratu dapur itu hanya sebagian dari seluruh anggota. Menurut Lia F, moderator komunitas ini, jumlah itu disesuaikan ruangan yang ada. “Member kami banyak home-baker, tetapi tetap saling berbagi resep andalan berikut tipsnya tanpa takut tersaingi. Tidak jarang mereka berbagi orderan karena sebagian besar memiliki usaha kuliner di rumah. Sebulan sekali latbar, yang mengajar anggota juga. Supaya makin kompak, latbar dilakukan bergiliran di rumah anggota,” kata Lia.
Untuk ukuran milis yang biasanya beranggotakan ratusan orang, anggota FoodMonster yang biasa disebut FM terhitung sedikit. Ternyata jumlah itu memang dibatasi supaya milis tidak terlalu ramai. “Kami memang selektif menerima member. Kami tidak mau milis terlalu ramai tetapi isinya orang yang sliwar-sliwer cuma untuk jualan. Kami ingin milis ini benar-benar padat manfaat,” tutur Lia.
Setiap orang yang ingin bergabung dengan FM harus memenuhi syarat tertentu yaitu hanya berdomisili di area Surabaya dan sekitarnya (Jawa Timur), identitas jelas dengan mengisi formulir isian lengkap dengan data valid, dan direkomendasikan oleh teman yang sudah bergabung dengan FM. Aturan ini cukup ketat dijalankan demi kenyamanan member, mengingat komunikasi melalui mailing list tidak jarang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hanya ingin menjadikan mailing list sebagai sarana berpromosi hingga junk mail tanpa interaksi aktif positif.
Itu juga yang membuat anggotanya betah. Apalagi komunitas ini mengusung semangat tulis untuk berbagi, community for the power of sharing. Di tempat itu juga dijamin tidak ada muatan komersial. Melalui FM member yang masih awam akan bisa dan percaya diri untuk berkarya, sementara member yang sudah berpengalaman akan meningkat aktualisasinya dengan berbagi.
FM adalah komunitas food lover yang didirikan di Surabaya, Februari 2007 oleh empat orang yaitu Lia F, Dewi, Monica Tan, Ary Ampana, dan Neny Anita. Kini formasi itu berubah menjadi Lia F, Dewi, Ary Ampana, Francisca Desy Natalia, Tien Rosiana, dan Ullia Aljabrie. Mereka para perempuan pekerja sekaligus ibu rumah tangga yang punya posisi bagus di tempat kerja. Meski sibuk di kantor dan mengurus keluarga, lima moderator ini tidak kenal lelah mencurahkan perhatian untuk FM. “Kami sering meeting malam sepulang dari kantor untuk membahas agenda-agenda FM yang diadakan bulanan. Meeting-nya nggak cuma sekali atau dua kali, tetapi sering kali setiap bulan untuk membahas materi, pengajar, lokasi, resep, setting, dan pembagian tugas,” cerita Lia. Dia menambahkan, “Kami meeting di kafe dengan biaya dari kantong sendiri, lho.”
Setelah berjalan lebih dari tiga tahun, materi latbar makin lengkap. Mulai dari membuat aneka nasi, membuat ayam kodok, membuat aneka roti dan kue, pasta, carving, fondant, dan sebagainya. Oleh karena peserta selalu ingin mengabadikan hasil karyanya dengan baik, akhirnya dibukalah latbar yang sama sekali tidak berurusan dengan mikser dan tepung, yaitu food photography. Hasilnya, peserta yang sebagian memiliki blog dan akun di jejaring sosial langsung mengunggah foto-foto hasil jepretan sendiri.

Provokasi Latihan Bareng Mons
Latihan bareng alias latbar menjadi agenda paling penting dalam komunitas FoodMonster (FM). Seluruh anggota biasanya menunggu pengumuman dari moderator FM. Meski kebanyakan para ibu, jangan berharap aka nada undangan manis layaknya undangan arisan di RT.
Undangan latbar biasanya justru gokil dan memprovokasi anggota untuk datang. Seperti latbar yang diadakan 16 April 2011 di Kiky's Baking Institute, Jl Raya Kertajaya no 9 Surabaya. Acara biasanya dimulai sejak pagi hingga lepas waktu makan siang. Cara memberitahu Mons (sapaan untuk anggota FM) sangat akrab. Karena lokasi parkir di tempat latbar itu tidak luas, moderator menyarankan Mons yang ingin datang bermobil ke lokasi sebaiknya diantar atau naik kendaraan umum.
Cara mendaftar juga unik. Biaya latbar bervariasi dan dibayar lewat transfer dengan dua digit terakhir ditambah nominal sesuai nomor urut. Peserta nomer urut 1 wajib mentransfer Rp100,001, peserta nomer urut 2 wajib mentransfer Rp100,002, dan seterusnya. Jika peserta kurang dari 36, acara dibatalkan. Akan tetapi, supaya semua dapat berlatih dan menikmati acara, peserta dibatasi 50. Provokasi seperti itu cukup membuat anggota yang ingin ikut pontang-panting mendaftar segera. Memang itu yang diharapkan panitia agar sejak awal sudah dapat dihitung jumlah peserta.
Latbar berarti juga saatnya menunjukkan kelihaian mewujudkan resep karena selalu ada peserta yang kebagian membawa potluck, makanan atau minuman yang dibawa peserta untuk dinikmati bersama. Biasanya pembagian potluck membuat peserta berharap-harap cemas. Semua ingin membawa yang terbaik dan dipuji oleh para peserta.
Latbar bukan tempat mencari untung bagi penyelenggara. “Semua dihitung di lokasi dan dibagi dengan sejumlah peserta. Instruktur juga gratis,” kata Lia, salah satu moderator.
Berbeda dengan komunitas kuliner lainnya yang menitikberatkan pada petualangan kuliner, bagian dari tempat kursus kuliner, atau yang bersifat komersial, FM berusaha memenuhi semua kebutuhan itu. Ya latbar, ya jalan bareng untuk wisata kuliner, juga berburu pernik saji dan dapur, serta menjenguk dari toko ke toko.
Saat latbar adalah saat berkumpul bersama keluarga besar. Benar-benar keluarga besar karena yang senior akan membantu para pendatang baru di dunia kuliner. Yang masih ‘ijo’ tidak segan bertanya pada yang dianggap lebih piawai. Di tempat itu semua berbagi ilmu dan mendapat ilmu baru.

foto-foto milik FoodMonster

Tidak ada komentar: